Kamis, 29 Maret 2012

Keharmonisan dalam Keluarga

           Kata keluarga pada awalnya berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu “kulawarga” ; “ras” dan “warga” yang artinya adalah “anggota” . Keluarga juga dapat diartikan lingkungan yang terdapat beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah. Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu , memiliki hubungan antar individu , terdapat ikatan , kewajiban , tanggung jawab di antara individu tersebut . Menurut istilah , keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal dalam suatu atap dalam keadaan yang saling ketergantungan antara yang satu dengan yang lainnya 


            Menurut Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah , hubungan perkawinan atau pengangkatan , di hidupnya dalam satu rumah tangga , berinteraksi satu sama lain dan di dalam peranannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.
            Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi , sifat , kegiatan yang berhubungan dengan pribadi tertentu . Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga , kelompok dan masyarakat . Di dalam keluarga itu sendiri terdiri dari ayah , ibu dan anak yang mempunyai peranan tersendiri , seperti ayah memiliki peranan  untuk mencari nafkah , pendidik , pelindung dan pemberi rasa aman dan sebagai kepala keluarga . Ibu juga mempunyai peranan yang tak kalah pentingnya dari peran seorang ayah , ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga , sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya , dan berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya , tak jarang jika ibu mempunyai julukan wonder woman . Sedangkan peran anak sendiri yaitu mempunyai kewajiban untuk membantu orang tua dan membanggakan dan menjaga orang tua setelah mereka dewasa nantinya.
            Keharmonisan dalam berumah tangga merupakan hal yang sangat penting dan paling utama dalam keluarga . Keharmonisan dalam keluarga akan terwujud jika di dalamnya ada sikap saling menghargai dan menyayangi antara anggota keluarga. Semua keluarga pasti menginginkan keharmonisan dalam keluarganya bukan ??? Namun kita tidak dapat mengelak jika adanya kegagalan dalam berumah tangga. Banyak faktor yang menyebabkan gagalnya seseorang dalam berumah tangga , seperti kurangnya berkomunikasi , kebosanan , masalah seksual , masalah finansial , dan juga tekanan dari luar . Akhir-akhir ini kita juga banyak menemukan kekerasan yang terjadi di dalam rumah tangga , banyak alasan kenapa suami berlaku kasar kepada sang istri , contoh yang bisa kita ambil yaitu suami yang di PHK dari perusahaanya , otomatis si suami tidak mempunyai penghasilan dan tidak dapat memberikan nafkah kepada istri dan anaknya , hal ini dapat membuat si suami stress dan mencari kesenangan yang dianggapnya dapat menghilangkan beban pikiran sementara seperti memakai narkoba dan minum minuman keras . Membeli narkoba maupun minuman beralkohol memerlukan dana yang cukup menguras kantong , ketika si suami tidak mempunyai uang untuk membeli barang-barang tersebut , istri dan anaknya kerap dijadikan bahan pelampiasan . Tak jarang si suami bersikap kasar , sering marah-marah bahkan sampai tega memukuli istri dan anaknya yang masih kecil. Kejadian seperti diatas sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kondisi yang tidak nyaman seperti itu , mau tidak mau sang istri harus menghadapi sang suami dan mencoba mencari solusi untuk mempertahankan rumah tangganya dan memulihkan kondisi rumah tangganya seperti semula.
            Bagaimana agar konflik rumah tangga bisa diredam ?? Banyak cara untuk memulihkan keadaan pasangan suami-istri yang sedang berkonflik , seperti :
1.      Melontarkan kata-kata yang membuat pasangan merasa tersanjung.
2.      Berusaha untuk memperbaiki komunikasi antara kita dan pasangan kita.
3.      Mencoba menggali inti masalah yang ingin dibahas bersama pasangan , membicarakannya dengan baik-baik dan membatasi pembicaraan hanya untuk masalah itu saja agar tidak berbelit-belit ketika membicarakan dan merampungkan sebuah masalah.
4.      Jangan saling mempertahankan gengsi dan ego masing-masing untuk meminta maaf ataupun memberikan maaf . Sebagaimana firman Allah, “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabb-mu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik pada waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Q.S. Ali Imran [3]: 133-134)
5.      Ketika pasangan mulai naik darah dan menyinggung kesalahan kita pada masa lalu, sedapat mungkin hindari melakukan hal yang sama karena cara ini justru akan membesarkan api amarahnya. Abaikan saja kemarahan pasangan kita. Dengan bersikap tenang dan tidak berkomentar, alangkah baiknya jika kita juga bisa tersenyum karena dengan kita bersikap seperti itu biasanya kemarahan pasangan lebih cepat reda. Tetaplah hanya membicarakan masalah yang sedang dibahas. Bila situasi sangat memanas, lebih baik break sejenak untuk menenangkan diri dan meneruskan pembicaraan saat situasi dan kondisi sudah lebih tenang.
6.      Kita juga dapat mencari tempat yang enjoy untuk membahas masalah yang ada. Lakukan “open talk”, bicara terbuka dari hati ke hati. Bicaralah setepat dan sehati-hatinya agar tak kembali memancing konflik. Tanyakan harapan dan keinginannya, mengapa ia marah, mengapa begini, mengapa begitu. Lakukan dengan sabar dan lembut. Saat open talk, jangan libatkan hati terlalu banyak. Sebab yang muncul hanyalah pembenaran diri dan egoisme individu yang tinggi. Apalagi dalam keadaan marah.
7.      Berusaha untuk mengingatkan moment-moment indah dan lucu antara kita dan pasangan kita seperti , saat menjemputnya ke pelaminan, saat-saat mesra bersamanya, kebaikannya, juga bakti dan kasih sayangnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar